KampungBerita.id
Kampung Gaya Surabaya Teranyar

Dua Tahun Vakum, Kelompok Seni Jaranan Reog Turonggo Mudo Berharap Pandemi Covid-19 Cepat Berakhir

Kelompok Seni Jaranan Reog Turonggo Mudo tampil di Gebyar Budaya Lakarsanti, Minggu (27/3/2022). KBID-2022.

KAMPUNGBERITA.ID-Seni pertunjukan Jaranan dan Reog kembali menggeliat di Surabaya, setelah sekian lama ditiadakan akibat adanya pandemi Covid-19.

Gebyar Budaya yang digelar Ketua PAC PDIP Kecamatan Lakarsantri, John Thamrun dengan menampilkan Seni Jaranan Reog Turonggo Mudo, Minggu (27/3/2022), seolah menjadi pengobat rindu masyarakat atas tradisi kebanggaan mereka yang telah lama vakum karena pandemi Covid-19.

“Selama pandemi Covid-19, kami vakum dua tahun. Sebab tak boleh tampil. Dan baru kali ini kami dapat job dan bisa tampil menghibur di hadapan masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Wakil Pimpinan Kesenian Jaranan Reog Turonggo Mudo Lakarsantri, Anang.

Dia mengatakan, pemuda-pemudi Lakarsantri berupaya keras mempertahankan seni tradisional asli Indonesia ini. Bahkan,
Anang mengaku sudah 20 tahun mewarisi kesenian tradisional ini. “Supaya tetap bertahan, ya saya ajak anak-anak muda Ini agar kesenian ini tidak punah,” ungkap Anang.

Lebih jauh, dia menjelaskan, Seni Jaranan Reog Turonggo Mudo yang berdiri sejak 10 tahun silam, saat ini memiliki anggota total 40 orang. Rinciannya, 30 orang tim Jaranan, 10 orang tim Reog.

Dia menegaskan, ada kebanggaan bagi warga Lakarsantri dalam menghidupi kesenian tersebut. Selain menjadi identitas kebudayaan, seni Jaranan masih menguat dan mengakar bagi masyarakat secara turun temurun. ” Pokok e jangan sampai buyar, tandas Anang.

Untuk itu, Anang berharap agar pandemi Covid-10 ini cepat berlalu dan keadaan menjadi normal kembali seperti semula. Dengan begitu, job-job untuk tampil akan terus mengalir. “Harapan kita semua agar kondisi pulih seperti semula, sehingga undangan-undangan Unyuk menghibur masyarakat bisa lancar, ” imbuh dia.

Soal sejarah Jaranan sendiri, memang terdapat banyak versi. Di antaranya yang berkembang di masyarakat berasal dari Kediri. Yakni sebuah folklor tentang pernikahan Dewi Sanggalangit dengan Klana Sewandana pada 1401, ketika Kerajaan Kahuripan terpecah menjadi dua. Yakni Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Panjalu.

Pada saat iring-iringan Temanten, kedua mempelai ini diarak oleh prajurit kerajaan yang menunggang kuda dengan pemusik yang memainkan alat musik terbuat dari besi dan bambu. Untuk mengenang pernikahan tersebut terciptalah seni Jaranan.

Momen paling seru dari jaranan ini ketika para wayang harus menari dengan kondisi kesurupan. Tidak sadarkan diri. Bahkan saking ekstremnya, mereka kadang melakukan atraksi di luar batas kewajaran. Seperti memakan beling, mengunyah bara api dan lain-lain. Ya, itulah kesenian tradisional Jaranan.KBID-BE

Related posts

Buka Peluang Usaha, Disperinaker Bojonegoro Beri Pelatihan Membatik dan Handycraft

RedaksiKBID

Pele, Legenda Sepak Bola Brasil Meninggal Dunia

RedaksiKBID

Sengketa Gedung Yayasan Karya Bhakti RW VII Manukan Kulon, Komisi A: Selesaikan dengan Musyawarah

RedaksiKBID