
KAMPUNGBERITA.ID-Rencana pembangunan Rumah Sakit Surabaya Selatan tampaknya belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Pemkot Surabaya menunda proyek tersebut karena mempertimbangkan berbagai faktor, terutama terkait prioritas kebutuhan kesehatan dan efisiensi anggaran.
Hal Ini disampaikan anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ajeng Wira Wati. Dia menjelaskan, bahwa penundaan proyek tersebut bukan berarti pemerintah daerah mengabaikan kebutuhan masyarakat di kawasan Surabaya Selatan. Menurut dia, keputusan tersebut merupakan bentuk penyesuaian terhadap kondisi dan kebutuhan kesehatan yang lebih mendesak. “Kalau soal urgensi, sebenarnya pembangunan rumah sakit baru itu memang penting. Namun, kami juga harus melihat kapasitas dan prioritas yang ada sekarang. Misalnya, di RSUD dr Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) tingkat keterisian tempat tidur dan ICU sudah tinggi. Karena itu, penambahan fasilitas di dua rumah sakit tersebut menjadi langkah yang lebih realistis untuk saat ini,”ujar Ajeng kepada wartawan, Kamis (23/10/2025).
Politisi Partai Gerindra mengatakan, RSUD BDH yang baru saja selesai dibangun di wilayah Surabaya Barat diharapkan bisa beroperasi penuh pada 2026. Kehadiran rumah sakit tersebut dinilai mampu mengurangi beban pasien di wilayah lain, sebelum RSUD Surabaya Selatan benar-benar terwujud. “RSUD BDH sudah selesai dibangun dan harapannya bisa beroperasi pada 2026. Dengan tambahan tempat tidur dan peningkatan kapasitas di RSUD dr Soewandhie, beban layanan kesehatan bisa lebih tersebar,” jelas dia.
Selain mempertimbangkan ketersediaan fasilitas yang sudah ada, Ajeng menyebut Pemkot Surabaya juga sedang fokus memastikan Program Universal Health Coverage (UHC) atau Jaminan Kesehatan Semesta tetap berjalan optimal. Program ini menjamin seluruh warga Surabaya dapat mengakses layanan kesehatan melalui BPJS maupun bantuan Penerima Bantuan Iuran (PBI). “UHC tetap berjalan lancar, masyarakat sudah banyak merasakan manfaat BPJS dan program kesehatan gratis di puskesmas. Karena itu, arah kebijakan saat ini lebih ke penguatan layanan yang sudah berjalan, bukan penambahan gedung baru dulu,”beber dia.
Terkait rencana lanjutan, Ajeng menyebut pembangunan RS Surabaya Selatan tetap masuk dalam rencana jangka menengah. Salah satu opsi yang sedang dikaji adalah melalui skema kerja sama dengan pihak swasta atau Build Operate Transfer (BOT).
“Harapannya, kalau skema BOT bisa cocok, proyek bisa segera direalisasikan. Jika tidak memungkinkan pada 2026, kami dorong agar bisa diwujudkan pada 2027,”tegas Ajeng yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Kota Surabaya ini.
Dengan strategi ini, lanjut dia, DPRD berharap pembangunan sektor kesehatan tetap berkelanjutan, tanpa mengganggu prioritas lain seperti peningkatan alat kesehatan, penambahan tenaga medis, serta penguatan layanan preventif di puskesmas.KBID-BE
