KAMPUNGBERITA.ID – Indonesia menduduki gangguan penglihatan nomor 2 di dunia setelah Ethiopia. Sedangkan, untuk di Indonesia sendiri Jawa Timur menduduki urutan pertama.
Berkaca pada fakta tersebut, Kemenag Tuban ikut berperan aktif dalam upaya menurunkan angka gangguan penglihatan di madrasah. Caranya, dengan memberikan edukasi kesehatan mata kepada guru MTs se-Kabupaten Tuban melalui kegiatan Pelatihan Guru MTs Dalam Upaya Membangun Sistem Layanan Kesehatan Mata yang Komprehensif dan Inklusif di wilayah Kabupaten Tuban, Selasa (19/3).
Bekerjasama dengan Yayasan Paramitra Jawa Timur yang berkedudukan di Kota Batu, Jatim sebanyak 72 guru MTsĀ se-Kabupaten Tuban mengikuti pelatihan selama dua hari 19 Maret dan 20 Maret 2019. Hadir dalam acara tersebut narasumber dari Puskesmas Jenu dokter Dede Kurniawati yang juga sebagai fasilitator.
Kasubag Tata Usaha Kankemenag Kabupaten Tuban, Achmad Badrus Sholeh menyampaikan, pelatihan ini penting agar agar para guru dapat melakukan deteksi dini pada siswa terkait dengan gangguan penglihatan.
“Gangguan penglihatan banyak terjadi pada siswa SMP atau MTs. Mereka tidak bilang dan diam sehingga dari pihak guru tidak mengetahui. Setelah guru tahu, ikut mencari solusi, di antaranya dengan menempatkan siswa yang terkena gangguan penglihatan tersebut tidak duduk di belakang,” jelas pria asal Kota Soto ini seperti dilansir SuaraData.com.
Sementara itu dokter Dede Kurniawati menjelaskan bahwa kelainan pada mata akan sangat mengganggu aktivitas, khususnya pada anak-anak. Sedangkan, kelainan refraksi pada mata seperti Miopi (Rabun Jauh), Hipermetropi (Rabun Dekat), Astigmatisme (Silinder) akan sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Selain kelainan refraksi, lanjut dokter Dede, masih ada penyakit mata lain yang perlu diketahui seperti mata lelah, konjungtivitis (belekan), trauma pada mata, dan komplikasi lensa kontak.
Untuk pencegahan dini, dokter Dede mengimbau agar menerapkan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan berdasarkan ketetapan dari WHO. “Kami berharap siswa-siswi dan guru ke depan dapat mengetahui dan menerapkan cuci tangan dengan benar sebagai pencegahan dini penyakit pada mata,” ujar Dokter Dede.
Dalam kesempatan ini, ia juga memaparkan model deteksi gangguan mata, yakni dengan E Tambling (alat untuk mendeteksi gangguan penglihatan) dalam jarak 6 meter berbentuk huruf yang dimodifikasi sedemikian rupa.
Apabila ada siswa yang mengalami gangguan penglihatan, ia menyaranakan agar dirujuk ke puskesmas untuk diperiksa lebih rinci. “Jika ada gangguan mata, plus, atau minus, baru dirujuk ke dokter mata karena dokter yang berhak memutuskan lebih lanjut,” jelasnya.
Sedangkan, koordinator pelaksana wilayah Kabupaten Tuban, Rudi Wibowo menuturkan, kegiatan ini bagian dari CBM (Crishtoffel Blinde Mission) yang berkedudukan di Jerman. Sedangkan Tuban merupakan pilot projects kegiatan ini di Jawa Timur.
“Ke depan setelah sukses acara ini akan diadakan kegiatan pembagian kacamata gratis untuk siswa,” katanya. KBID-SUA