KAMPUNGBERITA.ID – Para perajin cobek batu di di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan minimnya pasokan bahan baku dari luar daerah. Lantaran hal itu, proses produksi cobek mereka sedikit tersendat karena harus menunggu datangnya bahan baku dari Trenggalek dan Ponorogo.
Warni (48 tahun) salah seorang perajin cobek di wilayah tersebut mengatakan, lantaran harus menunggu bahan baku, biaya produksi usaha kerajinan cobeknya dan beberapa perajin lain mengalami kenaikkan.
“Saat ini kami mengandalkan pasokan batu andesit dari wilayah Trenggalek dan Ponorogo. Kalau dari Tulungagung sendiri sudah minim, nyaris tidak ada,” katanya seperti dilansir laman Republika.co.id.
Kendala diperburuk oleh cuaca ekstrem yang menyebabkan hujan sepanjang tahun sehingga kegiatan penambangan batu di luar daerah menurun. “Longsor dan kerusakan infrastruktur membuat arus pasokan tidak lancar. Faktanya pasokan beberapa bulan ini menyusut dibanding sebelumnya,” katanya.
Keterangan serupa diungkapkan pelaku usaha cobek batu lain di desa yang sama, Mahmud yang menyebut harga mineral batuan yang masauk golongan galian C merangkak naik. “Harga (batu) naik dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,5 juta setiap ritnya. Bisa lebih mahal jika jalur transportasi rusak atau terputus akibat longsor seperti beberapa kali terjadi di jalan raya Ponorogo-Trenggalek kapan waktu lalu,” ujar Mahmud. Kendati naik, Warni, Mahmud maupun sejumlah perajin atau pelaku usaha kecil cobek batu memilih tetap bertahan.|ROL/ANT