KampungBerita.id
Madrasah Teranyar

Bohong Bawa HP saat di Sekolah, Siswa SMP Mengaku Ditampar Guru

Orang tua korban, Arifin memberikan keterangan di gedung DPRD Surabaya, kemarin.

KAMPUNGBERITA.ID – AR, siswa kelas VIII SMPN 55 Surabaya melaporkan oknum guru SMPN 55 Surabaya lantaran diduga menampar dirinya, Rabu (15/11).

Dia mengaku ditampar karena berbohong saat ketahuan membawa HP di sekolah. Sesuai aturan di sekolah, siswa memang dilarang membawa handphone (HP) saat berada di lingkungan sekolah.

Tak terima anaknya menjadi korban kekerasan gurunya, dan khawatir anaknya trauma paska kejadian ini, Arifin, ayah AR mengadukan masalah ini ke DPRD Surabaya.

Arifin menceritakan, bermula jam istirahat, anaknya menelpon dan meminta untuk dijemput di sekolah, karena sakit. “Dia sakit, saya suruh jemput di sekolah. Saya tunggu kok lama, ternyata ada masalah itu,”
paparnya, Rabu (15/11)

Arifin mengaku, anaknya merasa kurang sehat, karena sebelumnya mengalami kecelakaan jatuh dari sepeda, hingga kakinya luka dan bengkak. Namun, karena ketahuan membawa HP, anaknya dimarahi hingga terjadi kasus penamparan oleh N, Guru IPA.

Arifin menilai, pemukulan terjadi, karena anaknya tak berani terus terang membawa HP. Setelah guru yang bersangkutan menggeledah tas AR dan menemukan HP di dalamnya, kemudian terjadi pemukulan hingga dua kali ke mulut anaknya. “Katanya ditabok (dipukul) dua kali gurunya,” beber Arifin.

Arifin mengakui, bahwa anaknya bersalah karena membawa Hp di sekolah. Namun, ia menyesalkan kekerasan terhadap anaknya. “Untuk itu, saya ke sini agar ada teguran kepada gurunya,” harapnya.

Kasus pemukulan terhadap AR bukanlah yang pertama kalinya. Berdasarkan pengakuan yang bersangkutam dirinya pernah ditendang karena masalah sepatu. Bahkan, AR mengungkapkan, kekerasan yang diterima juga pernah dialami teman-temannya. “Teman-teman yang lain juga pernah,” terang AR dengan raut muka sedih.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Agustin Poliana menyatakan akan melakukan komunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Ia meminta kekerasan di sekolah tak ada lagi. Jika memberi teguran terhadap siswanya, menurutnya ada banyak cara dan tak harus dengan kekerasan.

“Pembinaan terhadap guru harus dilakukan,” tegasnaya.

Agustin mengakui, kasus kekerasan terhadap siswa di Surabaya telah terjadi berulang kali. Untuk itu,
pihaknya akan melakukan komunikasi denga dinas pendidikan untuk membahas masalah ini. KBID-NAK

Related posts

Kepesertaan KB Pria di Jatim masih Jauh dari Harapan

RedaksiKBID

Salat Istikharah, Youtuber Surabaya Mantap Ingin Berjuang Memenangkan Hati Rakyat Melalui Partai Golkar

RedaksiKBID

545 Warga Magetan Terjangkit HIV/AIDS, 38 Diantaranya Gay

RedaksiKBID