KampungBerita.id
Madrasah Teranyar

Karya Siswa SMA Muhammadiyah 2 Raih Prestasi di Tinongkok

Siswa SMA Muhammadiyah menunjukan hasil karya Prototipe alat pengangkut pasien

KAMPUNGBERITA.ID – Anedizer (Ambulance Stretcher Stabilizer) karya siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo kembali menorehkan prestasi. Prototipe alat pengangkut pasien di ambulan tersebut berjaya di Guangzhou, Tiongkok. Karya anak-anak Smamda Sidoarjo tersebut dinobatkan sebagai runner-up dalam Apicta Award yang digelar di Guangzhou 9-13 Oktober kemarin.

Meski berstatus juara dua, para siswa dan sekolah merasa sangat bangga. Sebab even internasional itu cukup bergengsi dengan peserta dari 16 negara berbeda. Apalagi, sebelumnya Anedizer juga menyabet juara 1 lomba tingkat nasional Amikom ICT Award yang digelar di Yogyakarta, September 2018 lalu.

Prototipe stretcher anti guncangan itu merupakan karya dari kelompok siswa Smamda yang terdiri dari Faza Ghulam Ahmad, Muhammad Fadel Firnanda, Syarif Ilzami, Defriska Naura, dan Kanza Aulia. “Butuh waktu sekitar lima bulan pembuatan karya ini. Tapi dananya murah, tidak sampai Rp 1 juta,” ujar Faza sambil menunjukkan karyanya bersama rekan-rekannya.

Diceritakan, ide pembuatan karya ini bermula saat dia bersama beberapa rekannya kerap melihat mobil ambulan melaju kencang di jalan raya untuk membawa pasien agar cepat sampai ke rumah sakit.

Ketika jalanan sedang ramai, ambulan pun terlihat harus zig-zag ke kanan-kiri menghindari kendaraan lain. Tentu kondisi itu berpengaruh terhadap pasien yang sedang diangkut.

Apalagi mobil melaju dalam kecepatan tinggi, tentu juga mengakibatkan posisi pasien yang sedang diangkut ikut goyang atau mering ke kanan dan kiri ketika dalam perjalanan. Ditambah lagi banyaknya jalan bergelombang, jalan rusak, dan sebagainya, kondisi pasien jelas terguncang.

“Dari situ kami berfikir bagaimana membuat alat agar posisi pasien tetap stabil meski ambulan yang mengangkutnya melaju kencang, belok kanan-kiri, dan saat melintasi jalan bergelombang,” urai siswa kelas XII tersebut.
Kemudian, ketemulah ide dengan mengadopsi teknologi gimbal kamera seperti yang sedang banyak dipakai oleh para vlogger. Dengan gimbal, posisi kamera tetap stabil meski dipakai jalan dan naik-turun.

Untuk mengaplikasikan itu ke stretcher, pertama dibuat programnya. Dari situ, lantas lima siswa tersebut merangkai prototipe stretcher dalam bentuk kecil menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat.
Alat angkut pasien itu lantas dipasangi sensor untuk mendeteksi tingkat kemiringannya. Sensor kemudian menggerakkan stabilizer untuk menyemimbangkannya.

“Bisa dibilang, komponen utamanya adalah sensor IMU dan Arduino,” tandas Fadel sambil menunjukkan sistem kerja alat yang dirancangnya itu.
Sekitar lima bulan, proyek pembuatan prototipe rampung. Kemudian dibawa ke Jogja dalam lomba nasional Amikom ICT Award. “Alhamdulillah juara satu,” sambungnya.

Dari sana, karya para siswa untuk pasien yang dalam perjalanan menggunakan ambulan ini lantas kembali diikutkan pada lomba tingkat internasional di Guangzhou. Lagi-lagi berjaya, dengan predikat Merit atau juara dua.KBID-TUR

Related posts

Bandel Tetap Buka, Enam Pemilik Kafe di Sidoarjo Diamankan

RedaksiKBID

Jagal Sapi Ancam Mogok, jika Disnak Jatim Tak Ada Tindakan Atasi Kelangkaan SapiĀ 

RedaksiKBID

Gedung Siola Surabaya jadi Mall Pelayanan Publik

RedaksiKBID