KAMPUNGBERITA.ID – Kabupaten Bojonegoro punya sejarah panjang, terutama kisah-kisah heroik para pahlawan. Tak sedikit yang kemudian nama para pahlawan itu diabadikan menjadi nama jalan.
R. Ngastasio Kertonegoro, nama panggung pemerhati sejarah asal Bojonegoro duduk di salah satu warkop tengah kota Bojonegoro. Ia membawa setumpuk literatur sambil bercerita kisah kepahlawanan di Bojonegoro pada eranya. Sampai kapanpun, November akan tetap menjadi bulan pengingat kisah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Seakan juga momentum pas untuk merefleksikan pahlawan lokal Bojonegoro.
Ditemani secangkir kopi khotok, Ngastasio menceritakan nama-nama tokoh pahlawan Bojonegoro yang diabadikan. Baik melalui nama jalan maupun fasilitas lainnya. Seakan membawa siapa saja yang ikut mendengar, turut membayangkan apa yang dialami masa itu.
Sebanyak 13 nama muncul dalam perbincangan tentang sejarah ini. Ngastasio memejamkan mata, mengingat sambil mengurut jalan dan beberapa fasilitas publik bernamakan pahlawan sesuai denah kota sebagaimana hasil pengamatannya.
Nama-nama pahlawan tersebut di antaranya Letjen H. Soedirman (diabadikan menjadi nama stadion), Dr.R. Sosodoro Djatikoesoemo (diabadikan menjadi nama rumah sakit), dan Tumenggung Sosrodilogo (diabadikan menjadi nama jembatan).
Sementara beberapa tokoh pahlawan yang diabadikan menjadi nama jalan di antaranya Lettu Soejitno, Lisman, Lettu Suwolo, Kopral Kasan, Serma Maun, Sersan Darsi, Letda Suradji, Serma Abdullah, Letda Mustajab, dan Kapten Martono.
Beberapa nama tersebut tercantum di buku Sejarah Kabupaten Bojonegoro, Menyingkap Kehidupan dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro tahun 1988. Sementara beberapa nama pahlawan yang diabadikan menjadi nama jalan diterangkan melalui Buku Sejarah Perjuangan TRIP Bojonegoro. Mengisahkan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dalam Perang Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Sering kali saya berbincang dengan anak muda bahkan yang sudah berumur tapi belum tahu kisah-kisah perjuangan pahlawan Bojonegoro. Padahal tempat tinggalnya di jalan tersebut. Melalui perbincangan ini, mudah-mudahan semakin banyak warga Bojonegoro yang tahu kisah-kisah kepahlawanan yang sudah diabadikan pemerintah melalui nama jalan maupun infrastruktur publik,” ujar pria yang juga pendiri Fanpage Facebook Bojonegoro Tempoe Doloe ini.
Letjen H. Soedirman misalnya. Nama yang diabadikan menjadi stadion sepak bola di Bojonegoro di Jalan Lettu Suwolo. Pahlawan ini lahir di Desa Ngringinrejo. Dia adalah komandan Brigade Ronggolawe (1948-1952). Pahlawan nasional dan tokoh sentral dalam usahanya mempertahankan Bojonegoro dari Belanda.
“Lettu Suwolo juga tergabung di Brigade Ronggolawe. Gugur saat kontak senjata dengan tentara Belanda di Desa Kendal Utara Ngumpakdalem,” terangnya sambil sesekali menyeruput kopi.
Kisah patriotik juga berasal dari para pejuang TRIP. Diabadikan menjadi Jalan Lisman. Pelajar berusia 18 tahun yang gugur saat membawa amunisi peluru. Sementara pahlawan yang di abadikan menjadi Jalan Serma Abdullah dan Jalan Kopral Kasan, gugur dan senjatanya terampas. Terjadi saat serangan keenam pada tanggal 2, malam 3 Agustus 1949.
“Saat itu mempertahankan Bojonegoro dari serangan Belanda, gugur di daerah Temayang. Beserta delapan pejuang lainnya, Serma Abdullah gugur dan diabadikan menjadi nama jalan di Desa Pacul. Sementara Kopral Kasan diabadikan menjadi nama Jalan di Banjarejo,” jelasnya sambil memperlihatkan literatur bertuliskan delapan pejuang yang gugur kala itu.
Beberapa nama tokoh pahlawan ini tentu hanya sebagian. Masih banyak tokoh-tokoh lain yang tentunya mengandung histori kepahlawanan. Seperti Sersan Darsi, yang diabadikan menjadi nama jalan di Banjarejo.
Ngastasio menceritakan, di sekitar Pacinan Karangpacar Bojonegoro sebuah peluru mengenai kepala dan Sersan Darsi gugur saat perjalanan menuju Komando Batalyon.
“Itulah beberapa kisah tokoh-tokoh pejuang lokal yang namanya diabadikan. Baik untuk infrastruktur publik maupun nama jalan. Di sanalah letak pemerintah hadir dalam melestarikan semangat patriotisme,” pungkasnya. KBID-JUP