KampungBerita.id
Headline Politik & Pilkada Teranyar

Pansus Covid-19 Kandas, Demokrat-NasDem Memanas, Herlina: Kalau Imam Tak Nyaman, Silakan Cari Fraksi Lain

Herlina Harsono Njoto.@KBID2020

KAMPUNGBERITA.ID -Setelah disudutkan, Ketua Fraksi Demokrat-NasDem DPRD Surabaya, Herlina Harsono Njoto akhirnya angkat bicara soal tudingan Imam Syafi’i terkait usulan Pansus Covid-19 yang kandas lewat voting di Badan Musyawarah (Banmus).

Menurut Herlina, jangan karena usulan Pansus Covid -19 itu gagal, lantas dirinya dijadikan kambing hitam, bahkan cenderung difitnah. “Yang tak heran kan, kok tendensius ke aku. Kok tidak ke Golkar atau kader NasDem sendiri yang ketika dilakukan voting dua kali enggak ada, entah ke mana, “ungkap dia heran.

Diakui Herlina, kegagalan itu justru menunjukkan jika Imam Syafi’i tidak becus mengurusi kader sendiri. “Makanya, kalau Imam tidak nyaman di fraksi Demokrat-NasDem, silakan saja cari fraksi lain, “tegas Herlina seraya menambahkan itu sikap dirinya sebagai ketua fraksi dan itu nanti akan dilaporkan ke partainya (DPC Partai Demokrat Surabaya).

Seperti diketahui,, Imam yang menjabat sekretaris Fraksi Demokrat-Nasdem menuding Herlina mbalelo dengan menolak usulan pansus lantaran memiliki kedekatan dengan Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono dan Kepala Bappeko Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi.

Imam menduga, Herlina takut jika pansus bakal menjadi alat untuk mengawasi bantuan sembako buat warga terdampak Covid-19, yang berpotensi ditunggangi kepentingan elektoral Eri Cahyadi di Pilwali Surabaya 2020.

“Saya dekat dengan semua orang di pemkot. Jangankan Eri, dengan Risma (Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini), sekda, dan OPD lain saya juga dekat kok, tapi kedekatan itu secara profesional,”tandas Herlina kepada wartawan, Senin (18/5).

Anggota Komisi D DPRD Surabaya itu justru heran mengapa penolakan usulan pansus dikaitkan dengan pilwali. “Memangnya pansus ini tujuannya untuk mengawasi Eri? Saya kan enggak punya pikiran ke sana, saya cuma menilai bahwa pemkot sudah berbenah lebih baik,”jelas dia

Herlina mencontohkan permintaan dewan soal data penerima bantuan sosial, maupun data sumbangan dan penerima corporate social responsibility (CSR), semuanya dipenuhi pemkot. Artinya pemkot sudah berupaya lebih transparan, dan seharusnya fakta ini jangan dipungkiri pungusul pansus.

“Tapi kalau menuding saya seperti itu (melindungi Eri), saya justru tanya, Apa berarti pansus ini tujuannya untuk mengawasi Eri Cahyadi? Saya semata menolak, karena melihat komisi masih efektif dan melihat pemkot juga berubah lebih baik. Terus kaitanya dengan Eri apa?” kata Herlina.

“Kalau mereka (pro pansus) khawatir saya melindungi Eri, buat apa? Lha memangnya pansus ini tujuannya untuk apa? Jadi kelihatan kan tujuan pansus itu, kenapa dikait-kaitkan dengan Eri. Memangnya tujuan pansus ini untuk menyerang Eri? Wong Eri nyalon aja belum pasti kok. Jadi, itu bayangan yang nggladrah dan kekhawatiran dia (Imam Syafi’i). Sebab apa yang saya sampaikan itu rasional,” papar dia.

Terkait soal voting, Herlina menjelaskan, dua pendukung pansus, Syaiful Bahri (NasDem) dan Akhmad Suyanto (PKS) yang disebut Imam memilih pulang karena tidak ada keputusan tapi rapat malah dilanjutkan, tidaklah demikian yang sebenarnya terjadi.

“Bukan dua pendukung pansus itu pulang karena enggak ada keputusan, tapi memang rapat belum selesai. Rapat diskors untuk bermusyawarah, tapi karena enggak ada keputusan ya beberapa teman mengusulkan voting,” tutur dia.

Dalam rapat Banmus tersebut, Herlina juga mengutarakan kalau dirinya melihat pemkot sudah berbenah lebih baik. Sebelumnya, salah satu yang menjadi ganjalan DPRD Surabaya, yakni terkait sulitnya meminta data di pemkot.

Tapi setelah difasilitasi pimpinan dewan, akhirnya data soal penerima bansos diberikan. Termasuk data dari CSR dan pendistribusiannya.

“Prinsipnya, saya melihat pemkot mau berbenah lebih baik. Walaupun memang penanganan Covid-19 ini belum optimal, tapi saya pikir daerah mana sih dikatakan 100 persen sukses mengatasi Covid-19,”tegas dia.

Lagi pula, ketidakhadiran pengusul pansus jangan dianggap karena mereka ditinggal kemudian diadakan voting. “Bisa jadi mereka enggak hadir itu sikap politiknya. Enggak ada itu ditilap.” kata politikus perempuan Partai Demokrat tersebut.

Bahkan voting diulang sampai dua kali, karena permintaan pengusul pansus. Ternyata, setelah diulang, hasilnya malah lebih turun lagi pendukungnya yang pengusul pansus.

Pertama, hasilnya enam lawan tujuh. Voting kemudian diulang karena saat itu ada yang masih salat. Setelah diulang, tiga orang malah pulang dan rapat banmus belum selesai.” Terus yang ditinggal itu siapa?”ujar Herlina. KBID-BE

Related posts

Bakesbangpol Kota Malang Kebut Seragam Linmas untuk Pemilu 2019 

RedaksiKBID

Gubernur Jatim: Semua Orang Bisa jadi Pahlawan di era Kekinian

RedaksiKBID

Prihatin Kondisi Bangsa, Puluhan Wartawan, Polisi, dan Masyarakat Sahur Bareng dan Doa Bersama

RedaksiKBID