
KAMPUNGBERITA.ID-Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya, Yuga Pratisabda Widyawasta mengkritisi rebutan pengelolaan lapangan Nanggala di Kelurahan Dukuh Menanggal, Kecamatan Gayungan. Dampaknya, pembinaan pemain usia dini menjadi korban.
Menurut dia, PS Nanggala yang berlatih di lapangan Nanggala adalah salah satu klub anggota Persebaya yang cukup legendaris dan terkenal menghasilkan bibit-bibit pemain yang luar biasa.
Seiring adanya polemik pengelolaan lapangan, prestasi PS Nanggala pun agak meredup. Di Porprov Jatim IX 2025 Juli lalu, tak ada satupun perwakilan pemain dari PS Nanggala yang masuk skuad Kota Surabaya.
“Dampak dari rebutan pengelolaan lapangan, ya yang kami takutkan hal-hal seperti ini. Masalah nonteknis akhirnya menggugurkan bibit-bibit sepak bola yang sudah berusaha di Kota Surabaya,” ujar Yuga yang juga Manajer Tim yang sukses membawa Sepak Bola Kota Surabaya menjadi juara dan merebut medali emas di ajang Porprov Jatim IX 2025.
Untuk itu, Yuga mengajak tiga kelompok yang mengajukan pengelolaan lapangan Nanggala, yakni PT United Indopratama, Yayasan Perkumpulan Insan Sepak Bola Dukuh Menanggal, dan Yayasan Menanggal Harmoni, untuk berpikir ulang, berpikir kembali bagaimana caranya agar sepak bola Surabaya bisa maju dan berkembang, sehingga mampu melahirkan pemain-pemain nasional.
“Wis ojo rebutan masalah pengelolaan. Fokus saja pada pembinaan pemain usia dini. Karena tak adanya perwakilan pemain dari PS Nanggala yang membela Kota Surabaya di
Porprov membuktikan jika pengelolaan lapangan juga kurang baik karena tidak ada soliditas di situ. Maksud kami, ayo lapangan Nanggala dikelola secara baik,”ungkap dia.
Untuk itu, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengajak ketiga kelompok tersebut jadi satu lagi. Karena dari keterangan Lurah Dukuh Menanggal dan Camat Gayungan, dulunya mereka itu jadi satu di LPMK, bidang olahraga.
“Ayo jadi satu lagi. Mikirnya iku mikir bal-balane, mikir bibite, ojo mikir cuane pengelolaan. Kalau pengelolaan lapangan dan lain-lain jadi rebutan, ya akhirnya seperti ini terus,”ungkap dia.
Guna menyelesaikan polemik ini, Yuga menyarankan kepada tiga kelompok yang berebut pengelolaan lapangan tersebut untuk duduk bersama memikirkan bagaimana sepak bola di Surabaya bisa lebih maju dan berprestasi.
“Ayo duduk bersama, berembuk yang baik, istilahnya pakai bahasa bola, agar pembinaan pemain muda yang berlatih di lapangan Nanggala tidak menjadi korban,” pungkas dia. KBID-BE