KAMPUNGBERITA.ID – Berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, pekan ini Kota Surabaya berstatus zona merah atau berisiko tinggi terhadap penyebaran virus corona. Sebelumnya Surabaya berada di zona oranye atau risiko sedang.
Data Covid-19 di Kota Surabaya per 20 Juli 2021 menyebutkan kasus konfirmasi bertambah 1.311 sehingga total menjadi 39.440. Sementara kasus aktif bertambah 697, total 10.472. Pasien sembuh bertambah 609 menjadi 27.496 dan kasus meninggal bertambah lima orang menjadi 1.472.
Peningkatan status Kota Surabaya ke zona merah ini mendapat perhatian serius dari anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya Josiah Michael.
Menurut dia, agar status Surabaya kembali ke zona oranye, kuning atau bahkan hijau, maka perlu peran serta dari seluruh elemen masyarakat.
“Pemerintah harus tegas dalam penegakan protokol kesehatan. Selain itu, masyarakat juga harus memiliki komitmen untuk mematuhi. Sebab kalau tidak, maka akan sia-sia, ” ujar dia, Rabu (21/7/2021) malam.
Menurut dia, jika ekonomi yang dijadikan alasan, dan posisi seperti ini (berada di zona merah) berkepanjangan juga pasti akan membuat ekonomi kolaps.
Untuk itu, lanjut politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Pemkot Surabaya harus mengevaluasi kinerja Satgas Covid-19 tingkat RW. ” Banyak komplain mereka tidak maksimal, bahkan tidak bekerja. Padahal mereka adalah garda terdepan sebenarnya karena bersentuhan langsung dengan warga,” ungkap dia.
Di sisi lain, Josiah Michael juga berharap tempat isolasi mandiri (isoman) tingkat kelurahan segera diwujudkan. Ini karena klaster keluarga sekarang ini sangat tinggi.
Sementara anggota Komisi A lainnya, Imam Syafi’i menyatakan sebenarnya program-program Pemkot Surabaya sudah bagus. Yang penting, realisasi di lapangan sama dengan yang disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi. Karena faktanya, masih banyak warga dengan kondisi sedang dan berat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit.
Bahkan, lanjut dia, hasil tes swab PCR di puskesmas juga lebih dari 10 hari. Ini menyulitkan suspek harus berbuat apa karena belum ada kepastian hasil tesnya. Keluarnya hasil tes PCR yang lama juga memperlambat kinerja tim tracing. “Alhamdullilah saat ini Wali Kota sudah mengambil keputusan penggunaan tes swab antigen sebagai dasar pertolongan awal terhadap warga suspek Covid-19. Tapi sekali lagi harus terus dipelototi eksekusi di lapangan, ” tandas dia.
Lebih jauh,mantan jurnalis ini menuturkan, di setiap RW ada empat anggota Satgas Covid-19 dari warga setempat. ” Mereka ini dapat tunjangan per bulan dari APBD. Sayangnya, kinerja mereka belum optimal. Padahal mereka bisa sebagai pendamping, sekaligus penghubung ke gugus tugas Covid-19 Pemkot Surabaya. Nyatanya, klaster keluarga makin menggila karena kurangnya gerak cepat satgas yang ada di kampung-kampung (RW), ” ungkap Imam.
Untuk itu, lanjut politisi Partai NasDem, perlu dievaluasi anggota satgas yang tidak aktif diganti lainnya dan diberi pelatihan yang memadai.
Seperti diketahui, anggota Satuan Tugas Kuratif COVID-19 Jawa Timur, dr. Makhyan Jibril menjelaskan, secara umum zona merah di Jatim per pekan ini mengalami penambahan drastis. Dari 38 kabupaten/kota, 33 di antaranya berstatus zona merah. Sedangkan sisanya lima kabupaten/kota berada di zona oranye.
Dengan demikian, di Jatim tak ada satu pun daerah berstatus zona kuning (risiko penularan rendah), apalagi zona hijau (tidak berisiko penularan).
Jibril menjelaskan naiknya angka dan bertambahnya daerah zona merah karena kasus yang meningkat selama sepekan terakhir. “Penentuan zona dari Satgas Pusat juga karena didasarkan 15 indikator epidemiologi mingguan,” ucap juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Jatim tersebut.
Selain itu, kata dia, juga disebabkan faktor peningkatan kapasitas testing (pengujian) maupun pemeriksaan sampel yang naik tiga kali lipat. KBID-BE