KAMPUNGBERITA.ID – Air di beberapa desa di Ngawi mulai surut sejak Minggu (10/3). Banyak warga yang meninggalkan tenda pengungsian yang tersedia mulai empat hari lalu. Surutnya air ternyata masih menyisakan masalah bagi warga. Warga yang kembali ke rumah mereka langsung membersihkan dan membenahi tempat tinggal setelah beberapa hari ditinggal di tenda pengungsian.
Akibat banjir yang melanda masih menyisakan masalah bagi para petani. Sekitar 3.746 petani siap-siap merugi lantaran tanaman padi yang siap panen terancam membusuk.
Informasi dari Dinas Pertanian (Disperta) Ngawi sekitar 1.016 hektare lahan sawah terendam banjir yang tersebar di 26 desa dari 6 kecamatan. Sedangkan rata-rata usia tanam memasuki 80-90 hari yang tersebar di tiga kecamatan, yakni di Kwadungan, Geneng, dan Ngawi Kota. Seperti halnya di Kwadungan dari 8 desa terpaksa mempercepat masa panen.
Memang air sudah tidak merendam rumah-rumah warga. Namun masih nampak menggenang di areal persawahan dan beberapa jalan desa.
“Ya terpaksa kita lakukan panen daripada membusuk karena terendam air. Yang pasti kita rugi,” jelas Sukarsih salah satu petani.
Dilema pun dialami para petani. Sebab, setelah dipanen mereka juga kesulitan untuk menjemur padinya. Banyak para petani menjual padinya dengan harga dibawah normal pasaran. Hal tersebut sebagai alternatif dalam meminimalkan dari risiko kerugian yang ditanggung.
“Mau bagaimana lagi. Yang penting padi laku terjual berapapun itu,” pungkas Sukarsih.
Sedangkan di Kecamatan Geneng, yang terparah di Desa Kasreman. Hampir 200 hektare lahan sawah terendam. Padahal wilayah ini belum memasuki masa panen dengan usia berkisar antara 70-80 hari. Dampaknya pun sudah pasti. Potensi gagal panen di depan mata.KBID-NGW