KAMPUNGBERITA.ID – Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengunjungi anak pelaku dan juga korban bom bunuh diri di Surabaya maupun di Sidoarjo. Dalam kunjungan ini, Kak Seto panggilan akrab Seto Mulyadi ingin memberi dorongan moril kepada anak-anak tersebut agar tetap kuat dan tabah.
“Saya mengapresiasi baik dari Polda, Himpunan Psikologi Indonesia yang memberikan treatment psikologi cukup tepat sehingga saya kira cukup banyak perubahan. Awalnya kami dapat laporan yang semula tutup mulut sama sekali, sekarang sudah mulai berbicara, sudah mulai senyum, jadi memang yang paling penting memulihkan kembali kondisi kejiwaan anak-anak,” ungkap dia, di RS Bhayangkara Surabaya, Rabu (16/5).
Seto mengimbau, agar anak-anak tidak stres dan nyaman. “Mungkin juga dihindarkan pada tamu-tamu yang berlebihan, sehingga kalau terus menerus diberikan pertanyaan, anak juga terganggu dan gelisah,” terangnya.
Tim psikologi, tim petugas, dokter dan dari kepolisian, lanjut Seto, sudah menangani dengan kekuatan cinta, dengan penuh kasih sayang. “Intinya teruskan pendekatan-pendekatan yang penuh dengan kasih sayang, pendekatan yang kreatif, pendekatan yang berpihak terbaik untuk anak, itu saja,” ungkapnya.
Seto menyampaikan, yang paling penting adalah pemberdayaan masyarakat sendiri terutama RT/RW. Selain itu, langkah konkret dari LPAI yakni kampanye nasional Saya Sahabat Anak (SASANA). “Bukan hanya anak sendiri. Tapi juga anak tetangga juga perlu dilindungi dan dilihat perkembangannya,” ujarnya.
Prinsipnya, lanjut Seto, melindungi anak perlu orang sekampung. “Kita saling kontrol. Kalau orang sekitar tidak mau peduli, maka akan terus rusak perkembangan anak ini,” kata dia.
Seto mengatakan,yang paling penting semua bekerja keras untuk memulihkan kejiwaannya. “Itu nanti juga membawa kembali ke tempat yang lebih sejuk, lebih ramah anak, sehingga perkembangan jiwanya menuju arah positif,” ujarnya.
Adapun 3 ruangan yang dikunjungi Seto, ada satu anak yang mengalami guncangan psikologi cukup parah yakni ‘A’. “ Jika diajak bicara, sudah bisa mengangguk. Tapi dia masih tutup mulut, masih tidak mau menjawab, masih melihat dengan penuh kecurigaan, mungkin ada sesuatu yang dipendam. Intinya memang mereka membutuhkan suasana tenang,” jelasnya.
Seto mengatakan, yang penting lebih melakukan pendekatan interpersonal karena itu sangat diperlukan. KBID-NAK