KampungBerita.id
Surabaya Teranyar

Imbau Warga Tak Mudik, Risma Sebut 90 Persen Kasus Covid-19 dari Luar Surabaya

Shelter bus AKDP di Terminal Purabaya, Sidoarjo.@KBIDlokadata.id

KAMPUNGBERITA.ID – Menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan dan Idul Fitri 1441 H, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau kepada seluruh warganya agar tidak melaksanakan mobilitas penduduk atau mudik ke daerah asal.

Hal tersebut terkait pandemi Covid-19 saat ini yang sangat besar risikonya bagi keluarga tercinta di kampung untuk tertular virus yang hinga kini masih belum ditemukan obatnya tersebut.

“Saya berharap untuk warga Surabaya tidak melakukan mudik, karena kondisi. Saya tahu bahwa semua inginnya mudik, tapi kita harus tahu bahwa saat ini kondisinya tidak memungkinkan untuk kita melakukan perpindahan atau mudik. Karena resikonya sangat besar sekali,” pesan Risma di Halaman Balai Kota Surabaya, Selasa (21/04).

Ia mencontohkan, hampir 90 persen kasus positif COVID-19 di Surabaya karena adanya mobilitas penduduk, baik dari luar kota atau luar negeri yang kemudian menjadi positif. Nah, ketika dia menjadi positif, maka hal ini pasti berpengaruh terhadap keluarga, teman-teman, ataupun tetangga di sekitar.

“Akhirnya semua terkena dampak yang harus bukan hanya tinggal 14 hari, tapi ada kemungkinan kita menjadi positif kemudian kita harus rawat jalan atau rawat inap sampai beberapa hari kalau positif, dan itu tidak boleh kemana-mana,” sebutnya.

Risma menambahkan, meski saat ini dalam kondisi sehat atau negatif Covid-19 bisa saja daerah yang dituju itu ada yang terjangkit atau resiko ketika proses perjalanan. “Tolong dipikirkan panjang resiko yang harus kita alami (ketika melakukan mudik),” pesannya lagi.

Ia menjelaskan, ada tiga pilihan ketika seseorang melaksanakan mudik atau tidak. Pertama, berisiko sakit dan masuk ke rumah sakit bahkan berimplikasi pada kematian. Kedua, ketika masuk ke rumah sakit, orang tersebut tidak bisa mencari nafkah. Dan ketiga, tidak melaksanakan mudik dan tetap sehat.

“Nah, kalau memilih sehat, ayo kita tidak melakukan pergerakan mudik itu. Karena resikonya sangat besar sekali,” ajaknya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga mengungkapkan, dari beberapa case positif COVID-19 di Surabaya, 10 persennya karena tertular setelah bepergian ke daerah yang tidak sama sekali disangka ada yang terjangkit. Namun, setelah pihaknya melakukan tracing atau pengecekan dan hasilnya positif, ternyata mobilitas orang tersebut dari sebuah kota lain.

“Jadi karena itu kita tidak ngomong di sana tidak ada (terjangkit), tapi saat bergerak itu kemungkinan resiko sangat tinggi. Ayo mari kita bersama-sama yang bijak, bukan untuk diri kita sendiri, tapi untuk keluarga kita, juga untuk teman-teman, sahabat-sahabat, dan tetangga-tetangga kita,” pungkasnya. KBID-DJI

Related posts

Tingkatkan Kualitas, Unusa Ajukan Skema LSP ke BNSP

RedaksiKBID

Dukung Kenaikan Biaya Operasional Ketua RT, RW, dan LPMK, Perindo Kawal Kebijakan Pemkot Surabaya Agar Tepat Sasaran

RedaksiKBID

Kontraktor Gedung DPRD Baru Kehabisan Dana, Dewan: Ini Ganjil

RedaksiKBID