KAMPUNGBERITA.ID-Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2024 tinggal enam bulan lagi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya terus berusaha melakukan sosialisasi agar warga Kota Pahlawan menggunakan hak pilihnya. Di antaranya dengan memperkenalkan maskot, mars,dan jingle.
Ketua KPU Kota Surabaya,Nur Syamsi mengatakan, maskot, mars, dan jingle ini untuk menginformasikan kepada warga Surabaya bahwa tahun ini akan ada Pilwali, tepatnya 27 November 2024.
“Kami ingin mengajak warga Surabaya untuk menggunakan hak pilihnya. Hak konstitusi ini sangat penting untuk memilih wali kota yang bekerja lima tahun ke depan,” ujar dia saat membuka Media Gathering Mengenai Pengenalan Maskot, Mars, dan Jingle Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya 2024 di Kantor KPU Surabaya, Selasa (11/6/2024).
Pada kesempatan itu, Nur Syamsi juga meminta maaf kepada awak media yang hadir jika selama ini tidak ada yang pas dalam pelayanan berkaitan dengan tugas dan fungsi seluruh anggota komisioner KPU Kota Surabaya.
“Terus terang, tanpa peran media massa, tentu tidak afdol karena berkaitan dengan agenda sosialisasi,” ujar dia
Sementara Komisioner KPU Surabaya Divisi Teknis Penyelenggaraan, Suprayitno mengatakan pada Pilwali Surabaya 2024, pihaknya menargetkan partisipasi pemilih mencapai 75 persen. Sebelumnya, pada pemilihan 2015, angka partisipasi pemilih ada di angka 52,17 persen, kemudian naik tipis menjadi 53 persen pada pemilihan 2020 di era Pandemi Covid-19.
“Media massa punya peran mendongkrak untuk menaikkan level partisipasi masyarakat guna menyalurkan suaranya. Yang jelas, target itu mustahil bisa tercapai jika tidak dibantu rekan rekan media. Karena media tidak hanya sebagai penyampai pesan, tapi sekaligus sebagai penjaga demokrasi, ” ujar Suprayitno.
Komisioner KPU Kota Surabaya Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (SDM), Subairi menjelaskan, maskot, mars, dan jingle ditetapkan setelah melalui serangkaian sayembara. Setelah melalui mekanisme lomba, hasil karya terpilih bakal dipakai sosialisasi untuk Pilwali Surabaya 2024
Untuk maskot
diambil dari hasil karya Dedy Ranggameda, si Mbois.
“Jadi si Mbois adalah akronim dari “Siap Memilih dan Berdemokrasi untuk Surabaya”, dan nama adalah doa semoga pelaksanaan Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya 2024 berjalan demokratis, lancar dan sukses,” jelas dia.
Si Mbois adalah karakter buaya yang merupakan ikon hewan yang sangat lekat dengan Kota Surabaya. si Mbois memiliki karakter yang penuh semangat, cerdas, ramah, dan bijaksana.
Lebih jauh , Subairi menjelaskan, si Mbois tampil dengan dandanan milenial namun tetap menjunjung tinggi budaya dan kearifan lokal. Dengan atasan lengan panjang kasual yang berwarna orange (warna KPU) nampak tampil muda dan energik, dilengkapi kacamata mencerminkan karakter yang cerdas.
“Dengan kombinasi udeng/blangkon khas Surabaya serta balutan jarik dengan corak batik semanggi membuat tampilan makin estetik dan mbois (keren,” jelas dia.
Secara keseluruhan, lanjut Subairi, si Mbois menjadi maskot yang mencerminkan karakter warga Surabaya sebagai warga kota metropolitan yang cerdas, peduli, dan bijak dalam menentukan calon pemimpinnya di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya 2024.
Selain maskot, kata Subairi, pihaknya juga memperkenalkan jingle resmi Pilwali Surabaya yang berjudul: Dulur Suroboyo Monggo Nyoblos, yang merupakan karya Andre Natalia Putranto. Sedangkan untuk mars dimenangkan oleh L Agus Wahyudi M
berjudul Berani Memilih Untuk Surabaya.
Maskot, mars dan jingle ini, lanjut Subairi akan mengiringi tahapan Pilwali Surabaya.”Terpilihnya maskot, mars, dimenangkan dan jingle menjadi bagian dari sosialisasi melekat dalam Pilwali Surabaya 2024 dan meningkatkan partisipasi pemilih. Kita berharap pada 27 November nanti, seluruh masyarakat Surabaya yang telah terdaftar akan hadir dan memberikan suaranya di TPS,” pungkas dia.
Salah seorang juri, Wahyu Kokang mengatakan, maskot buaya itu juga punya makna setia, di samping makna-makna yang lain. “Karena buaya hanya punya satu pasangan. Penggambaran buayanya kami anggap pas, karena imut dan lucu. Tidak sangar. Selain itu pernak perniknya juga lengkap seperti udeng, kaos dan batik semanggi yang dikenakan,” jelas diia.
Sementara terkait jingle, juri lainnya, Mita menuturkan bahwa yang menjadi penilaian pokok untuk jingle adalah mengandung unsur nilai yang luhur, namun dengan durasi yang tidak panjang.
“Tujuannya, agar mudah dikenal sekaligus dihafal oleh masyarakat Kota Surabaya, khususnya pesan-pesan demokrasi dari KPU,” tutur Mita. KBID-BE