KampungBerita.id
Headline Peristiwa Teranyar

Kapolri Sebut Pelaku Pengeboman Jaringan JAD dan JAD

Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat memberikan keterangan kepada wartawan

KAMPUNGBERITA.ID – Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pelaku pemgeboman di tiga gereja di Surabaya merupakan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid atau (JAT). Kelompok tersebut merupakan pendukung utama ISIS yang ada di Indonesia.

“JAT ini didirikan dan dipimpin oleh Aman Abdurrahman yang sekarang ditahan di Mako Brimob. Kemudian kelompok yang satu keluarga ini terkait dengan sel JAD yang ada di Surabaya. Ini adalah ketuanya Dita ini,” ujar Tito di RS Bhayangkara Surabaya, Jalan Ahmad Yani, Minggu (13/5) sore.

Tito juga mengungkapkan motif yang diduga melatarbelakangi penyerangan tersebut. Pertama, karena di tingkat internasional ISIS sudah ditekan baik oleh Amereika Serikat maupun Rusia. Sehingga mereka dalam keadaan terpojok.

“Kemudian memerintahkan semua jaringannya di luar, termasuk yang sudah kembali ke Indonesia untuk melakuka serangan di seluruh dunia. Termasuk di London juga ada peristiwa dengan menggunakan pisau,” kata Tito
Tito menjelaskan, untuk di Indonesia ada dua kelompok yang terkait dengan ISIS dan menjadi ancaman. Pertama adalah kelompok JAD dan JAT yang sekarang ini tersebar di beberapa tempat. Kemudian yang kedua adalah mereka yang berangkat ke Syria lalu kemudian kembali ke Indonesia.

Tito menjelaskan jumlah warga negara Indonesia yang sudah berangkat ke Syria ada kurang lebih 1.100. Dimana 500 lebih diantaranya masih berada di Syria. Selain itu, ada juga sekitar 103 orang yang sudah meninggal dunia di Syria, dan sekitar 500 dideportasi kembali ke Indonsaia.

“Ini yang menjadi tantangan kita karena mereka adalah mindsetnya masih mindset ideologinya ISIS,” kata Tito.

Kemudian motif yang kedua adalah terkait kejadian lokal yang juga menjadi masalah bagi mereka. Itu tak lain karena pimpinan-pimpinan mereka sudah dilakukan penangkapan. Seperti Aman Abdurahman yang masih ditahan di Rutan Mako Brimob.

“Yang bersangkutan selain terkait dengan pelatihan militer di Aceh, juga terkait dengan peristiwa bom Thamrin. Dia salah satu dalang kasus bom Thamrin,” kata Tito.

Setelah Aman ditahan, lanjut Tito, kemudian digantikan sosok lain. Dimana yang ditunjuk adalah ketua JAD Jawa Timur bernama Zainal Anshori. Dia kemudian di tangkap lagi dalam kaitan membiayai penyelundupan senjata dari Philipina.

“Karena ditangkap pimpinannya ini kemudian kelompok-kelompok ini mulai bereaksi untuk melakukan pembalasan. Salah satunya dengan membuat kerusuhan di Mako Brimob. Jadi tidak sekedar hanya masalah makanan tapi memang sudah ada kemarahan,” kata Tito.

Kapolri juga akan menggandeng Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menangkap sel-sel teroris JAD dan JAT terkait dengan bom gereja di Surabaya.

Tito menuturkan sel-sel yang bergerak di Surabaya adalah pimpinan JAD di kota tersebut. Oleh karena itu, sambungnya, pihaknya bekerja sama dengan TNI untuk mengejar sel-sel teroris JAD dan JAT.
“Bahwa Polri, TNI, BIN ini bergerak, dan kami akan merapatkan barisan. Saya sudah minta Panglima TNI, untuk lakukan operasi bersama tangkap sel-sel JAD dan JAT,” kata Tito.

Dia menuturkan persoalannya adalah sel-sel itu terdiri dari orang-orang yang terlatih.Tito menyatakan mereka adalah orang yang terlatih dan mengerti cara menghindari pengawasan.
Tito juga menuturkan pelaku bom Surabaya adalah satu keluarga. Ini terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka.

Sementara Kabid Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera mengungkapkan, hingga sore kemarin sebanyak 13 orang tewas akibat aksi teror tersebut. Sementara itu, untuk korban luka-luka yang dirawat masih berjumlah 41 orang. Kesemua korban dirawat di RS. Dr. Soetomo, RS Bedah Surabaya, RS Bhayangkara Surabaya dan lain sebagainya.

Kapolri menambahkan, pelaku pengebom bom bunuh diri di tiga gereja di urabaya merupakan satu keluarga.
“Pelakunya satu keluarga,” kata Kapolri.

Terduga pelaku, yaitu D (ayah), melibatkan istrinya (berinisial P) dan empat orang anaknya menjadi pengebom bunuh diri di gereja Santa Maria Tak Bercela, gereja Pantekosta di jalan Arjuno dan gereja GKI di jalan Diponegoro, Surabaya.

Menurut Kapolri, D diduga menjadi pengebom bunuh diri di gereja Pantekosta dengan menggunakan kendaraan roda empat Avanza.

Adapun istrinya dan dua anak perempuannya menjadi pengebom bunuh diri di gereja GKI. Sementara, dua anak lelakinya (berumur 18 dan 16 tahun) diduga menjadi pembom bunuh diri di gereja Santa Maria, ungkap Tito.
“Anak perempuannya bernama FS berumur 12 tahun dan PA berumur sembilan tahun,” ungkap Kapolri.
Sebelum meledakkan dirinya, menurut Tito, D sempat mengantar istri dan dua anak perempuannya ke lokasi di dekat gereja GKI.

“Semua serangan bom bunuh diri, cuma jenis bom yang mungkin berbeda,” katanya.

Tito mengatakan, istri dan dua anak perempuannya menggunakan bom yang diikatkan di pinggangnya. “Namanya bom pinggang,” ungkap Tito.

Sementara, sambung Kapolri, dua anak lelakinya menggunakan sepeda motor untuk menjadi pengebom bunuh diri di gereja Santa Maria Tak Bercela di kawasan Ngagel, Surabaya.

Keluarga D diduga kuat merupakan anggota organisasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD), pimpinan Aman Abdurrahman, terpidana teroris yang kini mendekam di LP Nusakambangan.

Aman Abdurrahman juga dianggap sebagai otak berbagai serangan bom sejak 2016, diantaranya bom Thamrin Jakarta. JAD menurut Kapolri merupakan pendukung ISIS.

“Satu keluarga ini terkait dengan sel JAD yang ada di Surabaya. D itu adalah ketuanya,” ungkap Tito.
Hasil analisa sementara polisi menduga bahwa motif serangan tiga gereja di Surabaya serta kerusuhan di rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, adalah “sebagai pembalasan” setelah ISIS terdesak di tingkat internasional.

Sejumlah pimpinan JAD di Indonesia juga sebagian besar ditangkap sehingga mempersempit langkahnya. “Karena itulah, kelompok ini (melalui organisasi sel-selnya) bereaksi untuk pembalasan.”

Organisasi sel-sel itu, menurut Kapolri, kemungkinan terdapat pula pada sebagian orang-orang Indonesia – sekitar 500 orang yang sudah dideportasi ke Indinesia – yang pernah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak.

“Ini tantangan kita, katena mindset mereka ideologinya ISIS,” katanya.
‘Presiden perlu membuat Perpu antiterorisme’

Lebih lanjut Kapolri mengatakan, dirinya sudah lapor ke presiden untuk melibatkan TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam menangkap anggota sel-sel Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

“Saya sudah minta Panglima TNI, mengirim kekuatan untuk operasi bersama, untuk melakukan penangkapan sel-sel JAD dan JAT,” katanya.KBID-NAK

Related posts

Peminat Masih Sedikit, Sistem Online Sulitkan Siswa Daerah Daftar SNMPTN

RedaksiKBID

Akuisisi Pengelolaan Air Mandiri Citraland, Bang Ris: Harus Ada Dasar Hukumnya dan Apakah PDAM Mampu Mengelolanya?

RedaksiKBID

Razia Kost, Walikota Mojokerto Temukan Pemandu Lagu Usia Dibawa Umur

RedaksiKBID