
KAMPUNGBERITA.ID-Letupan aspal yang menggunung dan muncul luberan lumpur dari galian pipa PDAM di Jalan Pasar Kembang 41, Selasa (1/8/2023), merupakan imbas dari pekerjaan rehabilitasi pipa berdiameter 600 mm.
Atas insiden tersebut, Komisi C DPRD Kota Surabaya memanggil manajemen PDAM untuk hearing, Rabu (2/8/2023), terkait permasalahan tersebut.
Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya, Arif Wisnu Cahyono mengatakan, pihaknya diminta berkoordinasi dengan Bappeda Litbang (Bappeko) terkait dengan kegiatan tahunan. “Perencanaan kota itu bagaimana? Nanti project nya bagaimana, apakah OPD ada pekerjaan kalau bisa dikoordinasikan atau dikerjasamakan begitu, ” ujar dia usai hearing, Rabu (2/8/2023).
Wisnu menjelaskan, untuk pekerjaan rehabilitasi pipa PDAM tahun ini ada di 18 kelurahan dengan panjang 119 km, dan menelan anggaran Rp 146 miliar.
“Untuk pekerjaan Oktober 2023 ini sudah selesai dengan progres pekerjaan saat ini sudah 60 persen. Awal pekerjaan Maret 2023 dengan pelaksana PT Putra Petir Sulung (PPS),” tutur Wisnu.
Lebih jauh, dia mengatakan, dalam pengerjaan rehabilitasi pipa menggunakan teknik Horizontal Directional Drilling (HDD) atau pengeboran terarah horizontal, itu memang ada potensi-potensi seperti itu. Tapi itu kecil sebenarnya, karena PDAM tahun ini sudah melakukan teknik seperti itu hampir 10 km.
“Ini yang terakhir dengan metode HDD karena di titik tersebut memang ada titik lemah. Untuk pipa-pipa lainnya tetap dilanjutkan. Sementara di titik itu kita setop. Kita lanjut di titik sebelahnya. Dengan begitu nanti tinggal di koneksi saja secara manual,” papar dia.
Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono mengatakan, Komisi C mengundang hearing manajemen PDAM adalah terkait adanya infrastruktur jalan yang rusak, sehingga arus lalu lintas terganggu.
Komisi C juga ikut bertanggungjawab dalam hal pengawasan dan koreksi. Penyebab utama adalah pemasangan jaringan pipa sekunder, yaitu untuk mengganti pipa lama tahun 1954.

“Pipa itu memang masih berfungsi sampai sekarang, tapi harus dipersiapkan penggantinya yaitu bahannya HDPE yang baru. Kalau yang lama itu full steel (baja) dan itu sering terjadi korusi dari luarnya. Karena tanah di Surabaya ini mengandung garam,”terang Baktiono.
Lebih jauh, politisi senior PDI-P ini, dari teknis pekerjaan itu sudah ada 170 meter lancar, memang ada beberapa tanah yang gerak, pas di daerah Pasar Kembang itu memang ada sedikit mis. Karena apa? Pipa itu dengan sistem ditarik, bukan digali. Saat ditarik di situ ada kontur tanah berbeda, ada yang padat dan ada yang lembut. Kalau di Kedungdoro kontur tanah yang digali kurang lebih 5 meter itu terdiri dari lumpur.
“Saran dari Komisi C, sebelum digali itu harus diukur kepadatan tanah dan juga harus dihitung volume dari pipa dan panjang. Paling tidak dikurangi dan disedot, sehingga kepadatan tanah tetap dan badan jalan tetap, “pungkas dia. KBID-BE